Disampaikan oleh Agus Triawan
PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa
ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu
dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang
digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi,
berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara
empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari
segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang
di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah
satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari
induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak
pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan
oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan
manusia, dan peningkatan hidup manusia.
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah segala usaha
orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara garis besar pengertian
pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a). pendidikan, b). teori umum
pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan
pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan
oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di
muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya
secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup
keturunanya. Yang termasuk insting manusia antara lain sikaf melindungi anak,
rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kempuan menyusu air susu ibu dan
merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup
banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan,
kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud membuat
manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori
umum, menurut John Dewey pendidikan
itu adalah The general theory of education dan Philoshophy is the general
theory of education, dan dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan
teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama dengan teri pendidikan. Sebab
itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari
filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti filsafat pragmatis
yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat
pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup
dan kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu pendidikan dibentuk
oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu
kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
B. FILSAFAT
Filsafat adalah hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu
disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti
tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang
sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah
filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari
segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya
sebagian kecil saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di
atas permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang
kritis.
Dalam garis besarnya ada empat cabang
filsafat yaitu: metafisiska, epistemologi, logika, dan etika, dengan kandungan
materi masing-masing sebagai berikut :
1). Metafisika adalah filsafat
yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat dialam ini. Dalam
kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan menurut Callahan (1983) yaitu :
a. Manusia pada hakekatnya adalah
spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan
berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasikan diri, pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik,
dan beberapa Realis.
b. Manusia adalah organisme
materi.Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis, Eksprementalis,
Pragmatis, dan beberapa Realis. Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan menusia menjadi menyenangkan.
2). Epistemologi adalah filfat
yang membahas tentang pergaulan dan kebenaran, dengan rincian masing-masing
sebagai beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan
yaitu:
(1). Otoritas, yang terdapat
dalam ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan tabel.
(2). Comman sense yang ada pada
adat dan tradisi
(3). Intuisi yang berkaitan
dengan perasaan
(4). Pikiran untuk menyimpulkan
hasil pengelaman
(5).Pengalaman yang terkontrol
untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran
yaitu:
(1). Koheren, sesuatu akan benar
bila ia konsesten dengan kebenaan umum.
(2). Koresponden, sesuatu akan
benar bila ia dengan tepat dengan fakta yang jelas.
(3). Pragmatisme, sesuatu
dipandang benar bila konsekuensinya memberi manfaat bagi kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran
dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
3). Logika adalah filsafat yang
membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat
logika diharapkan manusia bisa berpikir dan mengemukakan penadapatnya secara
tepat.
4). Etika adalah filsafat yang
menguaraikan tentang perilaku manusia, Nilai dan norma masyarakat serta ajaran
agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar
mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan perilaku
manusia, anatara lain afeksi peserta didik.
Junjun (1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang
seling berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang
dimaksud adalah:
1). Tingkat empiris adalah
ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri sendiri, baru
sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada tingkat ini wujud
ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi penemuannya karena belum
lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau
teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur teoretis.
Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu dicari
kaitannya satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan cara
ini struktur berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi suatu
pola yang berarti.
Dari uraian di atas kita sudah
berkenalan dengan ilmu empiris berupa simpulan-simpulan penelitian dan
konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam bentuk teori-teori atau grand
theory-grand theory.
Pendidikan adalah merupakan salah
satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, pendidikan lahir dari
induknya filsafat. Sejalandengan proses perkembangan ilmu ilmu pendidikan juga
lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan bersama
dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
C. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN
PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan
pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun
atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang
disebut dengan idealisme pendidikan.
D. TREN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT BERJALAN
Filsafat pendidikan adalah hasil
pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai
pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di
dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok
sebagai berikut:
1). Apakah pendidikan itu?
2). Apa yang hendak dicapai?
3). Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing pertanyaan ini
dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian dengan apakah
pendidikan itu, antara lain :
1). Apakah pendidikan itu sebagai pengembangan
individu?
2). Bagaimana mendefinisikan pendidikan itu ?
3). Apakah pendidikan itu berperan penting dalam
membina perkembangan atau mengarahkan perkembangan siswa?
4). Apakah perlu membedakan pendidikan teori dengan
pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan, antara lain :
1). Beberapa proporsi pendidikan
yang bersifat umum?
2). Beberapa proporsi pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu?
3). Apakah peserta didik
diperbolehkan berkembang bebas?
4). Apakah perkembangan peserta
didik diarahkan ke nilai tertentu?
5). Bagaimana sifat manusia?
6). Dapatkah manusia diperbaiki?
7). Apakah manusia itu sama atau
unik?
8). Apakah ilmu dan teknologi
satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9). Apakah tidak ada kebenaran
lain yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan yang
bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, anatara lain ?
1). Apakah pendidikan harus
berpusat pada mata pelajaran atau peserta didik?
2). Apakah kurikulum ditentukan
lebih dahulu atau berupa pilihan bebas?
3). Ataukah peserta didik
menentukan kurikulumnya sendiri?
4). Apakah lembaga pendidikan
permanen atau bersifat tentatif?
5). Apakah proses pendidikan
berbaur pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6). Apakah diperlukan
kondisi-kondisi tertentu dalam membina perkembangan anak?
7). Siapa saja yang perlu
dilibatkan dalam mendidik anak-anak?
8). Perkembangan apa saja yang
diperlukan dalam proses pendidikan?
9). Apakah dperlukan nilai-nilai
penuntun dalam proses pendidikan?
10). Bagaimana sebaiknya proses
pendidikan itu, otoriter, primitif, atau
demokratis?
11). Belajar menekan prestasi
atau terpusat pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan hasil belajar?
Menurut Zanti
Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1).
Menginspirasikan
2).
Menganalisis
3).
Mempreskriptifkan
4).
Menginvestigasi
Maksud menginsparasikan adalah
memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam
pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idennya
bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut
menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah
tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia,
masyarakat atau lingkungan, dan negara.
Sementara itu yang dimaksud
dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa
teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya.
Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh
tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan
demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan
pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan tepat.
Mempreskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi pengarahan
kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat
manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang
patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang
bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang
perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.
Menginvestigasi dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran
suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja
suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik
seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui
penelitian-penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar
pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep,
barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai
pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan
itu menjadi lebih mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa
pengelaman adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman
sebagai panji-panji semua filsafat pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap
inquiry atau penyelidik. Filosfo berfungsi memilih pengalaman-pengalaman
yang cocok untuk memanjukan efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha
menafsirkan proses belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan
kemudian memberi komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat
pendidikan mencari konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah
dilakukan, apa kelemahannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu
Para ahli pendidikan dan praktisinya, berusaha menggali ide-ide baru
tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari
kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar
gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan
manusia akan menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan
Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis,
sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis,
Progresivis, dan Rekontruksionis.
Berbagai aliran filafat
pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya konsep-konsep atau
teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung
filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat
pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata
lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian
ilmiah.
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan
mengembangkan kesadaran individu, memberikesempatan untuk bebas memilih etika,
mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri,
dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi
pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan melaksanakan
sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan
manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan
teknik mengajar langsung.
Yang disampaikan diatas bersifat teoritis dan membutuhkan praktek yang bisa
dilihat dan rasakan oleh kehidupan masyarakat. Objek pendidikan membutuhkan
hasil output dan proses yang bisa dilaihat dengan kacamata biasa pada umumnya,
maka dibutuhkan lembaga yang bisa memberi angin segar kepada objek pendidikan,
maka dewasa ini muncullah sekolah atau madrasah yang mempunyai cirikhas unggul.
Maka muncullah sekolah-sekolah Islam terpadu, madrasah berprogram khusus, SMK
berkeahlian dan sejenisnya. Itulah yang sedang tren dan dikejar oleh mayoritas
objek pendidikan.
PENUTUP
Pendidikan
adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
lingkungan masyarakat dan lingkungan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan
terkait dengan persoalan logika, pendidikan yang menjawab kebutuhan
umat itulah pendidikan yang laku di masyarakat. Maka dengan munculnya sekolah
Islam Terpadu, Sekolah berkeahlian dan bercirikan khusus yang menjadi image
positif bisa menjadi tren dan booming dalam ranah dunia
pendidikan kita.
No comments:
Post a Comment
MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU