Friday, October 23, 2015

Filsafat Ilmu dan Penguatan Institusi Pendidikan

Disampaikan oleh Ahmad Sofyan



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
 Pendidikan terus menghadapi berbagai problematika yang belum tuntas penyelesaiannya di era globalisasi ini. Keberadaan pendidikan yang selalu mengalami perkembangan mengikuti kebutuhan manusia dan kemajuan zaman, semua membuat pendidikan selalu mendapati berbagai tugas yang harus dicarikan solusinya.  Permasalahan pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia. Sebagai persoalan hidup, dalam pengembangan konsep-konsepnya perlu menggunakan system pemikiran filsafat, karena problem yang ada dalam lapangan pendidikan juga dalam lapangan filsafat.[1]maka permasalahan pendidikan adalah masalah filosofis, yang harus dipecahkan dengan menggunakan pendekatan filosofis. Analisa filsafat terhadap masalah pendidikan tersebut dengan berbagai cara pendekatannya akan dapat menghasilkan pandangan tertentu mengenai masalah-masalah pendidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori pendidikan.



Keterkaitan antara filsafat dengan pendidikan menjadi sarana untuk menguatkan institusi pendidikan agar dapat menjawab tantangan zaman.  Melihat kepada tujuan institusi pendidikan adalah bagaimana membekali para siswa dengan keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar mereka dapat menjalani kehidupan ini, ia dapat menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, pengelolaan serta manajemen institusi pendidikan yang baik diharapkan dapat menyelesaikan permasalah institusinya baik internal maupun eksternal sehingga terciptanya lembaga pendidikan yang berkualitas yang selalu mengikuti berkembangan zaman. Maka pada kesempatan ini, saya ingin membahas tentang Filsafat Ilmu dan Penguatan Institusi Pendidikan.
B.       Rumusan Masalahan
  1. Bagaimana hubungan filsafat ilmu dan pendidikan?
  2. Bagaimana penguatan institusi pendidikan perspektif filsafat?
C.      Manfaat Makalah
  1. Bagi mahasiswa agar dapat menambah wawasan mereka tentang filsafat ilmu dan penguatan institusi pendidikan
  2. Dapat menjadi suatu bekal bagi para pendidik untuk menghadapi masalah dalam pendidikan.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Pendidikan
  Filsafat merupakan sebuah metode untuk mengembangkan keilmuan, secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berpikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan[2]. Berpikir  filsafat mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman, deskriptif, evaluative, interpretative dan spekulatif,[3] sehingga dengan proses yang mendalam memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.  Pada titik ini, filsafat berperan penting mentransformasi pengalaman menjadi ilmu. Melalui filsafat ilmu maka proses untuk menjadikan pengalaman sebagai basis pembentukan ilmu pengetahuan menjadi dimungkinkan. Dengan filsafat ilmu pengetahuan setiap orang dituntun agar mampu memperlakukan berbagai pengalaman untuk kemudian diutuhkan menjadi teori ilmu.
   Arti ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia dari masa ke masa menjadi perhatian filsafat ilmu. Dalam pengertiannya yang sederhana, filsafat ilmu adalah studi secara filosofis terhadap elemen-elemen ilmu pengetahuan. Berbagai aspek dan dimensi yang terkait dengan ilmu pengetahuaan ditinjau berdasarkan perspektif filosofis. Jika disimak dengan menggunakan analisa filsafat ilmu, maka setiap disiplin ilmu mengandung tiga elemen pokok, yaitu [1] ontologi, sebagai teori tentang "ada", tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran, [2] epistemologi, teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana mendapatkan pengetahuan dari objek yang dipikirkan, dan [3] aksiologi, teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan. Baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi merupakan tiga elemen yang tak terpisahkan dengan ilmu pengetahuan. Ketiganya merupakan pilar penyanggah terbentuknya konstruksi ilmu pengetahuan. Tanpa ketiganya satu disiplin ilmu bisa merosot menjadi rapuh manfaatnya dan lalu tidak relevan dengan kehidupan umat manusia.[4]
    Filsafat ilmu membahas mengenai konsep-konsep metodologis. Cabang ilmu ini mencakup berbagai kajian seperti hipotesis, hukum, teori, faham tentang sifat dan sikap ilmiah, paradigma dalam ilmu, serta mengenai ilmu-ilmu alam-fisis dan berbagai problem di dalamnya, ilmu-ilmu tentang hidup seperti biologi, evolusi, genetika. Selain itu juga membahas teknologi dan penerapan ilmu dan akibat-akibat teknologi serta pengembangan ilmiah bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat sosial, dan sebagainya, termasuk didalamnya tentang pendidikan.
     Fungsi filsafat ilmu dalam pendidikan untuk memecahkan problematika yang ada. Penerapan ilmu ini guna mengembangkan manajemen di lembaga pendidikan adalah sebagai dasar pemikiran untuk mencapai pendidikan yang berkualitas yang terus mengikuti kebutuhan zaman dan stakeholders, karena dengan berfilsafat seseorang akan berfikir dan mencari kebenaran atas masalah yang dihadapinya. Dengan begitu maka seseorang akan dengan mudah membaca keadaan dan situasi dalam mengembangkan lembaga pendidikan karena filsafat tidak hanya dipandang sebagai ideologi tetapi juga metodologi. Karena dengan pandangan metodologi maka seseorang akan banyak menemukan keilmuan baru yang dihasilkan dari berfikirnya, kalau ideologi maka seseorang akan terjebak pada satu pemikiran saja yang akhirnya orang tersebut tidak berkembang.[5]
    Secara rinci filsafat dan pendidikan memiliki hubungan fungsional yang dapat diuraikan  sebagai berikut :
1.    Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan  dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode ilmiah lainnya.
2.    Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu memiliki relevansi dengan kehidupan nyata.
3.     Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
        Dengan adanya hubungan fungsional antara keduanya, diharapkan permasalahan yang muncul dalam lapangan pendidikan dapat dipecahkan dengan maksud agar tercapainya tujuan pendidikan.
B.       Penguatan Institusi Pendidikan Perspetif Filsafat
    Pada zaman globalisasi yang penuh dengan perubahan dan tantangan ini, membuat institusi pendidikan dituntut untuk bisa terus meningkatkan kualitas dan menjawab tuntutan kehidupan yang semakin lama semakin maju. Hal demikian tidak lepas dari fungsi lembaga pendidikan yaitu sebagai sebagai agen perubahan yang mencetak generasi-generasi yang mempunyai kompetensi unggul dan daya saing yang tinggi. Maka para pengelola lembaga harus mengadakan perbaikan sebagai problem solving, salah satunya adalah membina filsafat pendidikan yang radikal, menyeluruh, realistic dan fleksibel yang tetap mengambil landasan serta prinsip yang ada, jika itu lembaga pendidikan Islam, maka harus mengacu kepada landasan dan prinsip dalam Agama Islam yang mulia. Dalam hal ini pendidikan Islam dikatagorikan ke dalam permasalahan duniawi, maka ajaran Islam hanya memberikan dasar dan garis pokoknya, sedangkan detailnya diserahkan kepada akal sehat, modus bagaimana yang baik dan yang benar.[6] Oleh sebab itu, Penentuan filsafat pendidikan terhadap system pendidikan manapun, dimana penciptanya menginginkan kemajuan dan keteguhan bangunan serta asasnya dianggap sangat penting bagi system itu dan merupakan langkah utama kearah perbaikan.[7]
         Pemikiran filsafat pendidikan tidak terlepas dari aliran-aliran filsafat pendidikan yang menjadi pijakan berpikir. Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarakat di sisi lain[8]. Salah satu aliran filsafat yang bisa dijadikan landasan dalam berpikir adalah filsafat progressivisme[9], dengan ide yang dibangun memandang bahwa pendidikan telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri  dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern (progresif).[10]
         Filsafat progressivisme dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang terus maju. Dengan sifatnya yang iddle curiousity (rasa keingintahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna. Dalam teori dan praktek pendidikan, progressivme mendorong banyak pemikir dan mempengaruhi kebudayaan dengan system organisasi dan aliran ekperimental dengan orientasi pada pengalaman anak sebagai "the whole child" dan membina dengan materi pembelajaran yang tepat dan perkembangan kehidupan riil masyarakat.[11] Usaha aliran ini berupaya mengembangan potensi-potensi adaptasi yang intelegen dalam rangka menyongsong hari depan. Dengan demikian, diharapkan dengan teori filsafat dapat membantu menguatkan keberadaan lembaga pendidikan yang selalu dapat menjawab perkembangan zaman. Menurut progresivisme, sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya merupakan suatu mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.[12]
 Untuk  mengembangkan pendidikan, dibutuhkan langkah-langkah filosofi yang berguna  menguatkan institusi pendidikan, diantaranya yaitu: Pertama, mengembangkan konsep pendidikan integralistik, yaitu pendidikan secara utuh yang berorientasi pada Ketuhanan, kemanusiaan, masyarakat, lingkungan dan budaya sebagai suatu yang integralistik bagi perwujudan kehidupan. Kedua, mengembangkan konsep pendidikan humanistik, yaitu pendidikan yang berorieintasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi) dengan menghargai hak-hak asasi manusia. Ketiga, mengembangkan konsep pendidikan pragmatis, yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik jasmani maupun rohani dan peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan. Keempat, mengembangkan konsep pendidikan yang berakar pada budaya yang akan dapat mewujudkan manusia yang mempunyai kepribadiaan, harga diri, percaya pada kemampuan sendiri, membangun budaya berdasarkan budaya sendiri dan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah. Secara umum, konsep pendidikan Islam yang ditawarkan adalah pendidikan yang berorientasi pada kompetensi nilai-nilai ilahiyah, knowledge, skill, ability, social-kultural dan harus berfungsi untuk memberikan kaitan secara operasional antara peserta didik dengan masyarakatnya, lingkungan sosial-kulturalnya, dan selalu menerima dan ikut serta melakukan perubahan[13].
         Ada catatan pokok yang harus disadari sepenuhnya oleh semua pihak yang ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan Islam, bahwa kewajiban dasar dan sangat prinsip dari produk sebuah institusi pendidikan adalah mengembangkan kepribadian yakni keimanan, ketakwaan dan akhlak karimah (fardhu ‘ain) serta bakat/potensi anak didik untuk adaptip dan responsip pada perkembangan masyarakat (fardhu kifayah). Dalam bahasa Ahmad Tafsir[14], bahwa karakteristik lulusan yang diharapkan adalah : pertama, manusia yang berdedikasi dan berdisiplin tinggi, yakni manusia yang memiliki kesadaran tinggi dengan didasari rasa pengabdian dan tanggung jawab dalam kehidupannya, mempunyai visi jauh kedepan dan normatif idealis yang terjabarkan dalam misi strategis. Kedua, manusia yang inovatif, tidak puas dengan apa yang dihasilkannya dan tidak mau terjebak dalam status quo. Ketiga, manusia yang jujur baik pada orang lain terlebih-lebih pada didirinya sendiri, sebab saat ini zaman membutuhkan manusia seperti ini. Keempat, manusia yang tekun yang dapat fokus dalam tugas-tugas yang dihadapi. Kelima, manusia ulet, yakni manusia yang tidak mudah menyerah dan putus asa, tapi ia terus menggali dan menggali. Keenam, manusia yang unggul itu adalah manusia yang dapat mengendalikan diri. Saat ini situasi bangsa terjebak pada sebuah kondisi yang amat korup itu disebabkan bahwa sifat mampu mengendalikan diri, mampu menahan diri untuk tidak terjebak pada godaan hal-hal yang bersifat materialisme, hedonisme dan egoisme itu adalah sesuatu sifat yang amat sulit dilakukan oleh para pengelola pendidikan Islam itu, dan secara umum pengelola negara ini, sehingga mental korup itu telah merajalela dalam segala lini kehidupan.
         A.Malik Fajar,[15] dalam salah satu pikiran yang dikemukakannya, bahwa dalam memimpin lembaga pendidikan Islam itu, pungkas beliau : “Oleh karena itu, kalau kita ingin menatap masa depan pendidikan Islam yang mampu memainkan peran strategis dan memperhitungkan untuk dijadikan pilihan, maka perlu ada keterbukaan wawasan dan keberanian dalam memecahkan masalah-masalahnya secara mendasar dan menyeluruh, seperti yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini. Pertama, kejelasan antara yang dicita-citakan dengan langkah operasionalnya. Kedua, pemberdayaan (empowering) kelembagaan yang ada dengan menata kembali sistemnya. Ketiga, perbaikan, pembaruan dan pengembangan dalam sistem pengelolaan atau manajemen. Keempat, peningkatan SDM yang diperlukan.”
         Pikiran di atas memberi petunjuk bahwa dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus ditempuh empat langkah seperti di atas. Dalam bahasa yang lebih sederhana, seorang pimpinan harus terlebih dahulu merumuskan dan memahami secara seksama apa cita-cita dan tujuan lembaga itu didirikan, artinya harus dengan jelas memberi jawaban terhadap pertanyaan tentang apa/semacam apa yang akan diproduk dari lembaga itu. Dengan jelasnya jawaban terhadap pertanyaan ini, maka akan dapat terpenuhi hajat sosial yang lebih fungsional, artinya lembaga dan program yang dilakukan benar-benar menjadi kebutuhan hidup manusia, baik ia secara akademis, personal maupun profesional/fungsional. Karena bukan tidak jarang banyak sekali dari lembaga pendidikan Islam mengasuh berbagai kajian dan disiplin padahal produk kajian belum memenuhi hajat kehidupan seperti diungkapkan di atas.
         Hal lain yang harus dilakukan adalah pemberdayaan kelembagaan yakni mengorganisir lembaga dengan efektif dan efisien serta tata kelola yang kondusif dengan daya dukung kualitas sumber daya yang handal. Dalam konteks kepemimpinan, maka lembaga pendidikan bermutu itu punya karakter seperti ungkapan Arcaro S Jerome, bahwa terdapat lima karakteristik sekolah (lembaga pendidikan) yang bermutu yaitu : 1). Fokus pada pelanggan. 2). Keterlibatan total 3). Pengukuran 4). Komitmen 5). Perbaikan berkelanjutan [16].
         Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu. Oleh karena itu komitmen jama’i amat dipentingkan serta evaluasi kinerja dalam perbaikan berkelanjutan sepanjang waktu sebab setiap saat perubahan terjadi dan kekuranganpun makin disadari.
         Kemudian mutu pendidikan yang baik dipengaruhi oleh kemampuan manajerial pemimpin lembaga pendidikan tersebut, yang merupakan motivator, event Organizer, bahkan penentu arah kebijakan lembaga yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujutkan hal tersebut maka seorang pimpinan perlu mengunakan konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
         Manajemen adalah pengaturan yang dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management) dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang. Sedangkan Pidarat, menyampaikan bahwa TQM merupakan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan[17].
         Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan. Dengan adanya respon postitif dari masyarakat, hal itu akan memberikan kepercayaan mereka kepada sekolah, sehingga pada akhirnya sekolah akan semakin di minati dan keberadaannya selalu eksis.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Berfilsafat seseorang akan berfikir dan mencari kebenaran atas masalah yang dihadapinya. Sedangkan analisa filsafat dalam lapangan pendidikan menggunakan adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan  dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode ilmiah lainnya.
2.      Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarakat di sisi lain, diantara langkah-langkah perspektif filosofi yang dibutuhkan guna menguatkan institusi pendidikan, terutama pendidikan Islam agar mampu berkembang, maka diantaranya yaitu: Pertama, mengembangkan konsep pendidikan integralistik, Kedua, mengembangkan konsep pendidikan humanistik, Ketiga, mengembangkan konsep pendidikan pragmatis, Keempat, mengembangkan konsep pendidikan yang berakar pada budaya.
  
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muslih, Mohammad, 2014. Filsafat Ilmu, Kajian atas Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar
Qomar, Mujamil, 2008. Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga
Sanaky, Hujair AH, 2003. Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press
Tafsir, Ahmat, 2006. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Noor Syam, Mohammad, 1986.  Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional
Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 1 Pebruari-Juli 2004



[1]  Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 30
[2] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2014), h. 21
[3]  The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 1991), Hal. 19 lihat Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), h. 21
[4] Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Erlangga: Jakarta, 2008), h. 1
[5]  Artikel diakses pada hari Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 10.00 WIB dari  http://pendidikan-pemikiran.blogspot.sg/2012/02/fungsi-filsafat-ilmu-dalam.html
[6] Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Erlangga: Jakarta, 2008), h. 225
[7] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992), h. 37 lihat Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 1 Pebruari-Juli 2004
[8] Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), h. 127
[9] Progressifisme berkembang dalam permulaan abad 20 ini terutama di Amerika Serikat. Progressivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional  yang diwarisi dari abad kesembilan belas, Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 225
[10] Ibid, h. 225
[11] Ibid, h. 261
[13] Ibid, h. xi
[14] Ahmat Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 202
[15] Ahmad Barizi, M.A, (editor), Holistik Pemikiran Pendidikan (A. Malik Fadjar), (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 250
[16] Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), h.13

[17]  Artikel diambil pada hari Selasa, 6 Oktober 2015 Pukul 10.00  dari  http://irwansaleh-dalimunthe.blogspot.co.id/2009/12/penguatan-lembaga-pendidikan-islam.html

No comments:

Post a Comment

MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU