Disampaikan oleh Ahmad Sofyan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan terus menghadapi berbagai problematika
yang belum tuntas penyelesaiannya di era globalisasi ini. Keberadaan pendidikan
yang selalu mengalami perkembangan mengikuti kebutuhan manusia dan kemajuan
zaman, semua membuat pendidikan selalu mendapati berbagai tugas yang harus
dicarikan solusinya. Permasalahan
pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia. Sebagai persoalan
hidup, dalam pengembangan konsep-konsepnya perlu menggunakan system pemikiran
filsafat, karena problem yang ada dalam lapangan pendidikan juga dalam lapangan
filsafat.[1]maka
permasalahan pendidikan adalah masalah filosofis, yang harus dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan filosofis. Analisa filsafat terhadap masalah pendidikan
tersebut dengan berbagai cara pendekatannya akan dapat menghasilkan pandangan
tertentu mengenai masalah-masalah pendidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa
disusun secara sistematis teori pendidikan.
Keterkaitan antara filsafat dengan pendidikan menjadi sarana untuk menguatkan institusi pendidikan agar dapat menjawab tantangan zaman. Melihat kepada tujuan institusi pendidikan adalah bagaimana membekali para siswa dengan keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan agar mereka dapat menjalani kehidupan ini, ia dapat menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, pengelolaan serta manajemen institusi pendidikan yang baik diharapkan dapat menyelesaikan permasalah institusinya baik internal maupun eksternal sehingga terciptanya lembaga pendidikan yang berkualitas yang selalu mengikuti berkembangan zaman. Maka pada kesempatan ini, saya ingin membahas tentang Filsafat Ilmu dan Penguatan Institusi Pendidikan.
B.
Rumusan Masalahan
- Bagaimana hubungan filsafat ilmu dan pendidikan?
- Bagaimana penguatan institusi pendidikan perspektif
filsafat?
C. Manfaat
Makalah
- Bagi mahasiswa agar dapat menambah wawasan mereka
tentang filsafat ilmu dan penguatan institusi pendidikan
- Dapat menjadi suatu bekal bagi para pendidik untuk
menghadapi masalah dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Pendidikan
Filsafat merupakan sebuah metode untuk mengembangkan keilmuan, secara
sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berpikir menurut tata tertib dengan
bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan[2].
Berpikir filsafat mempunyai ciri-ciri
khusus, seperti analitis, pemahaman, deskriptif, evaluative, interpretative dan
spekulatif,[3] sehingga
dengan proses yang mendalam memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Pada titik ini, filsafat berperan penting
mentransformasi pengalaman menjadi ilmu. Melalui filsafat ilmu maka proses
untuk menjadikan pengalaman sebagai basis pembentukan ilmu pengetahuan menjadi
dimungkinkan. Dengan filsafat ilmu pengetahuan setiap orang dituntun agar mampu
memperlakukan berbagai pengalaman untuk kemudian diutuhkan menjadi teori ilmu.
Arti ilmu
pengetahuan bagi kehidupan umat manusia dari masa ke masa menjadi perhatian
filsafat ilmu. Dalam pengertiannya yang sederhana, filsafat ilmu adalah studi
secara filosofis terhadap elemen-elemen ilmu pengetahuan. Berbagai aspek dan
dimensi yang terkait dengan ilmu pengetahuaan ditinjau berdasarkan perspektif
filosofis. Jika disimak dengan menggunakan analisa filsafat ilmu, maka setiap
disiplin ilmu mengandung tiga elemen pokok, yaitu [1] ontologi, sebagai teori
tentang "ada", tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek
pemikiran, [2] epistemologi, teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana
mendapatkan pengetahuan dari objek yang dipikirkan, dan [3] aksiologi, teori
tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek
yang dipikirkan. Baik ontologi, epistemologi maupun aksiologi merupakan tiga
elemen yang tak terpisahkan dengan ilmu pengetahuan. Ketiganya merupakan pilar
penyanggah terbentuknya konstruksi ilmu pengetahuan. Tanpa ketiganya satu
disiplin ilmu bisa merosot menjadi rapuh manfaatnya dan lalu tidak relevan
dengan kehidupan umat manusia.[4]
Filsafat ilmu
membahas mengenai konsep-konsep metodologis. Cabang ilmu ini mencakup berbagai
kajian seperti hipotesis, hukum, teori, faham tentang sifat dan sikap ilmiah,
paradigma dalam ilmu, serta mengenai ilmu-ilmu alam-fisis dan berbagai problem
di dalamnya, ilmu-ilmu tentang hidup seperti biologi, evolusi, genetika. Selain
itu juga membahas teknologi dan penerapan ilmu dan akibat-akibat teknologi
serta pengembangan ilmiah bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat sosial,
dan sebagainya, termasuk didalamnya tentang pendidikan.
Fungsi filsafat ilmu dalam pendidikan untuk memecahkan problematika yang
ada. Penerapan ilmu ini guna mengembangkan manajemen di lembaga pendidikan
adalah sebagai dasar pemikiran untuk mencapai pendidikan yang berkualitas yang
terus mengikuti kebutuhan zaman dan stakeholders, karena dengan berfilsafat
seseorang akan berfikir dan mencari kebenaran atas masalah yang dihadapinya.
Dengan begitu maka seseorang akan dengan mudah membaca keadaan dan situasi
dalam mengembangkan lembaga pendidikan karena filsafat tidak hanya dipandang sebagai
ideologi tetapi juga metodologi. Karena dengan pandangan metodologi maka
seseorang akan banyak menemukan keilmuan baru yang dihasilkan dari berfikirnya,
kalau ideologi maka seseorang akan terjebak pada satu pemikiran saja yang
akhirnya orang tersebut tidak berkembang.[5]
Secara rinci filsafat dan pendidikan
memiliki hubungan fungsional yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat
adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode
ilmiah lainnya.
2. Filsafat, juga berfungsi memberikan arah
agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang
berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu memiliki
relevansi dengan kehidupan nyata.
3. Filsafat, termasuk juga
filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah
dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik.
Dengan
adanya hubungan fungsional antara keduanya, diharapkan permasalahan yang muncul
dalam lapangan pendidikan dapat dipecahkan dengan maksud agar tercapainya
tujuan pendidikan.
B. Penguatan
Institusi Pendidikan Perspetif Filsafat
Pada
zaman globalisasi yang penuh dengan
perubahan dan tantangan ini, membuat institusi pendidikan dituntut untuk bisa terus
meningkatkan kualitas dan menjawab tuntutan kehidupan yang semakin lama semakin
maju. Hal demikian tidak lepas dari fungsi lembaga pendidikan yaitu sebagai sebagai
agen perubahan yang mencetak generasi-generasi yang mempunyai kompetensi unggul
dan daya saing yang tinggi.
Maka para pengelola lembaga harus mengadakan perbaikan sebagai problem
solving, salah satunya adalah membina filsafat pendidikan yang radikal, menyeluruh,
realistic dan fleksibel yang tetap mengambil landasan serta prinsip yang ada,
jika itu lembaga pendidikan Islam, maka harus mengacu kepada landasan dan
prinsip dalam Agama Islam yang mulia. Dalam hal ini
pendidikan Islam dikatagorikan ke
dalam permasalahan duniawi, maka ajaran Islam hanya memberikan
dasar dan garis pokoknya, sedangkan detailnya diserahkan kepada akal sehat,
modus bagaimana yang baik dan yang benar.[6] Oleh sebab itu, Penentuan filsafat
pendidikan terhadap system pendidikan manapun, dimana penciptanya menginginkan
kemajuan dan keteguhan bangunan serta asasnya dianggap sangat penting bagi
system itu dan merupakan langkah utama kearah perbaikan.[7]
Pemikiran
filsafat pendidikan tidak terlepas dari aliran-aliran filsafat pendidikan yang
menjadi pijakan berpikir. Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan
untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan
masyarakat di sisi lain[8].
Salah satu aliran filsafat yang bisa dijadikan landasan dalam berpikir adalah
filsafat progressivisme[9],
dengan ide yang dibangun memandang bahwa pendidikan telah mampu merubah dan
membina manusia untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong
manusia menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman
modern (progresif).[10]
Filsafat progressivisme dengan
sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan
kualitas hidup yang terus maju. Dengan sifatnya yang iddle curiousity
(rasa keingintahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan
karsanya telah dapat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna. Dalam teori dan praktek
pendidikan, progressivme mendorong banyak pemikir dan mempengaruhi kebudayaan
dengan system organisasi dan aliran ekperimental dengan orientasi pada
pengalaman anak sebagai "the whole child" dan membina dengan
materi pembelajaran yang tepat dan perkembangan kehidupan riil masyarakat.[11]
Usaha aliran ini berupaya mengembangan potensi-potensi adaptasi yang intelegen
dalam rangka menyongsong hari depan. Dengan demikian, diharapkan dengan teori
filsafat dapat membantu menguatkan keberadaan lembaga pendidikan yang selalu
dapat menjawab perkembangan zaman. Menurut progresivisme, sekolah yang baik
adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang
mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur
sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya merupakan suatu
mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.[12]
Untuk mengembangkan pendidikan,
dibutuhkan langkah-langkah filosofi yang berguna menguatkan institusi pendidikan, diantaranya
yaitu: Pertama, mengembangkan konsep pendidikan integralistik, yaitu
pendidikan secara utuh yang berorientasi pada Ketuhanan, kemanusiaan,
masyarakat, lingkungan dan budaya sebagai suatu yang integralistik bagi
perwujudan kehidupan. Kedua, mengembangkan konsep
pendidikan humanistik, yaitu pendidikan yang berorieintasi dan memandang
manusia sebagai manusia (humanisasi) dengan menghargai hak-hak asasi
manusia. Ketiga, mengembangkan konsep pendidikan pragmatis, yaitu
memandang manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan sesuatu untuk
melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik jasmani maupun
rohani dan peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan. Keempat, mengembangkan
konsep pendidikan yang berakar pada budaya yang akan dapat mewujudkan manusia
yang mempunyai kepribadiaan, harga diri, percaya pada kemampuan sendiri,
membangun budaya berdasarkan budaya sendiri dan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah.
Secara umum, konsep pendidikan Islam yang ditawarkan adalah pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi nilai-nilai ilahiyah, knowledge, skill, ability,
social-kultural dan harus berfungsi untuk memberikan kaitan secara operasional
antara peserta didik dengan masyarakatnya, lingkungan sosial-kulturalnya, dan
selalu menerima dan ikut serta melakukan perubahan[13].
Ada catatan pokok yang
harus disadari sepenuhnya oleh semua pihak yang ikut bertanggungjawab terhadap
pendidikan Islam, bahwa kewajiban dasar dan sangat prinsip dari produk sebuah
institusi pendidikan adalah mengembangkan kepribadian yakni keimanan, ketakwaan
dan akhlak karimah (fardhu ‘ain) serta bakat/potensi anak didik untuk adaptip
dan responsip pada perkembangan masyarakat (fardhu kifayah). Dalam bahasa Ahmad
Tafsir[14],
bahwa karakteristik lulusan yang diharapkan adalah : pertama, manusia
yang berdedikasi dan berdisiplin tinggi, yakni manusia yang memiliki kesadaran
tinggi dengan didasari rasa pengabdian dan tanggung jawab dalam kehidupannya,
mempunyai visi jauh kedepan dan normatif idealis yang terjabarkan dalam misi
strategis. Kedua, manusia yang inovatif, tidak puas dengan apa
yang dihasilkannya dan tidak mau terjebak dalam status quo. Ketiga,
manusia yang jujur baik pada orang lain terlebih-lebih pada didirinya sendiri,
sebab saat ini zaman membutuhkan manusia seperti ini. Keempat, manusia
yang tekun yang dapat fokus dalam tugas-tugas yang dihadapi. Kelima,
manusia ulet, yakni manusia yang tidak mudah menyerah dan putus asa, tapi ia
terus menggali dan menggali. Keenam, manusia yang unggul itu adalah
manusia yang dapat mengendalikan diri. Saat ini situasi bangsa terjebak pada
sebuah kondisi yang amat korup itu disebabkan bahwa sifat mampu mengendalikan
diri, mampu menahan diri untuk tidak terjebak pada godaan hal-hal yang bersifat
materialisme, hedonisme dan egoisme itu adalah sesuatu sifat yang amat sulit
dilakukan oleh para pengelola pendidikan Islam itu, dan secara umum pengelola
negara ini, sehingga mental korup itu telah merajalela dalam segala lini
kehidupan.
A.Malik Fajar,[15]
dalam salah satu pikiran yang dikemukakannya, bahwa dalam memimpin lembaga
pendidikan Islam itu, pungkas beliau : “Oleh karena itu, kalau kita ingin
menatap masa depan pendidikan Islam yang mampu memainkan peran strategis dan
memperhitungkan untuk dijadikan pilihan, maka perlu ada keterbukaan wawasan dan
keberanian dalam memecahkan masalah-masalahnya secara mendasar dan menyeluruh,
seperti yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini. Pertama, kejelasan antara yang
dicita-citakan dengan langkah operasionalnya. Kedua, pemberdayaan (empowering)
kelembagaan yang ada dengan menata kembali sistemnya. Ketiga, perbaikan,
pembaruan dan pengembangan dalam sistem pengelolaan atau manajemen. Keempat,
peningkatan SDM yang diperlukan.”
Pikiran di atas memberi petunjuk bahwa dalam
mengelola lembaga pendidikan Islam harus ditempuh empat langkah seperti di
atas. Dalam bahasa yang lebih sederhana, seorang pimpinan harus terlebih dahulu
merumuskan dan memahami secara seksama apa cita-cita dan tujuan lembaga itu
didirikan, artinya harus dengan jelas memberi jawaban terhadap pertanyaan
tentang apa/semacam apa yang akan diproduk dari lembaga itu. Dengan jelasnya
jawaban terhadap pertanyaan ini, maka akan dapat terpenuhi hajat sosial yang
lebih fungsional, artinya lembaga dan program yang dilakukan benar-benar
menjadi kebutuhan hidup manusia, baik ia secara akademis, personal maupun
profesional/fungsional. Karena bukan tidak jarang banyak sekali dari lembaga
pendidikan Islam mengasuh berbagai kajian dan disiplin padahal produk kajian
belum memenuhi hajat kehidupan seperti diungkapkan di atas.
Hal lain yang harus dilakukan adalah
pemberdayaan kelembagaan yakni mengorganisir lembaga dengan efektif dan efisien
serta tata kelola yang kondusif dengan daya dukung kualitas sumber daya yang
handal. Dalam konteks kepemimpinan, maka lembaga pendidikan bermutu itu punya
karakter seperti ungkapan Arcaro S Jerome, bahwa
terdapat lima karakteristik sekolah (lembaga pendidikan) yang bermutu yaitu :
1). Fokus pada pelanggan. 2). Keterlibatan total 3). Pengukuran 4). Komitmen
5). Perbaikan berkelanjutan [16].
Mutu produk pendidikan akan
dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara
optimal mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran,
sarana pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada
kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru
pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi
didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu. Oleh karena itu komitmen
jama’i amat dipentingkan serta evaluasi kinerja dalam perbaikan berkelanjutan sepanjang
waktu sebab setiap saat perubahan terjadi dan kekuranganpun makin disadari.
Kemudian mutu pendidikan
yang baik dipengaruhi oleh kemampuan manajerial pemimpin lembaga pendidikan tersebut,
yang merupakan motivator, event Organizer, bahkan penentu arah
kebijakan lembaga yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada
umumnya direalisasikan. Untuk mewujutkan hal tersebut maka seorang pimpinan
perlu mengunakan konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
Manajemen adalah pengaturan
yang dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management)
dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan
secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang.
Sedangkan Pidarat, menyampaikan bahwa TQM merupakan suatu sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Total Quality
Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan[17].
Pada hakekatnya tujuan
institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para
pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan
pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha
/ manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan
pelanggan. Dengan adanya respon postitif dari masyarakat, hal itu akan
memberikan kepercayaan mereka kepada sekolah, sehingga pada akhirnya sekolah
akan semakin di minati dan keberadaannya selalu eksis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berfilsafat seseorang akan berfikir
dan mencari kebenaran atas masalah yang dihadapinya. Sedangkan analisa
filsafat dalam lapangan pendidikan menggunakan
adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli
pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode
ilmiah lainnya.
2. Perumusan
filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara
pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarakat di sisi lain, diantara langkah-langkah perspektif filosofi yang dibutuhkan
guna menguatkan institusi pendidikan, terutama pendidikan Islam agar mampu
berkembang, maka diantaranya yaitu: Pertama, mengembangkan konsep
pendidikan integralistik, Kedua, mengembangkan konsep pendidikan
humanistik, Ketiga, mengembangkan konsep pendidikan pragmatis, Keempat,
mengembangkan konsep pendidikan yang berakar pada budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muslih, Mohammad, 2014. Filsafat Ilmu, Kajian atas
Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar
Qomar, Mujamil, 2008. Epistemologi Pendidikan Islam
dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga
Sanaky, Hujair AH, 2003. Paradigma
Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta:
Safiria Insania Press
Tafsir, Ahmat, 2006. Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Noor
Syam, Mohammad, 1986. Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha
Nasional
Jurnal Kependidikan
Islam, Vol. 2, No. 1 Pebruari-Juli 2004
[2] Mohammad
Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2014), h. 21
[3] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu,
(Yogyakarta: Liberty, 1991), Hal. 19 lihat Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu,
Kajian atas Asusmsi Dasar, Paradigma dan kerangka Teori Ilmu Pengetahuan,
(Yogyakarta: Belukar, 2004), h. 21
[4] Mujamil
Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Erlangga: Jakarta, 2008), h. 1
[5] Artikel diakses pada hari
Selasa, 6 Oktober 2015 pada pukul 10.00 WIB dari http://pendidikan-pemikiran.blogspot.sg/2012/02/fungsi-filsafat-ilmu-dalam.html
[6] Mujamil
Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Erlangga: Jakarta, 2008), h. 225
[7] Hasan
Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna,
1992), h. 37 lihat Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 2, No. 1 Pebruari-Juli 2004
[8] Hujair AH. Sanaky, Paradigma
Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta:
Safiria Insania Press, 2003), h. 127
[9] Progressifisme
berkembang dalam permulaan abad 20 ini terutama di Amerika Serikat. Progressivisme
lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan terutama sebagai
lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas,
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 225
[12] Artikel diunduh
pada hari Kamis, 22/10/2015 dari http://sataaswelputra.blogspot.co.id/2011/02/aliran-filsafat-progresivisme.html
[13] Ibid, h. xi
[15] Ahmad Barizi, M.A, (editor), Holistik
Pemikiran Pendidikan (A. Malik Fadjar), (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2005), h.
250
[17] Artikel diambil pada hari Selasa, 6 Oktober
2015 Pukul 10.00 dari http://irwansaleh-dalimunthe.blogspot.co.id/2009/12/penguatan-lembaga-pendidikan-islam.html
No comments:
Post a Comment
MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU