Friday, October 23, 2015

Tinjauan Filosofis Tujuan Pendidikan Islam

Disampaikan Oleh Siti Masfu'ah dan Lalu Habiburrohman 

A.    Latar Belakang
Problem utama yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam  di Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan dua masalah mendasar, yaitu masalah kualitas (mutu) pendidikan dan kontribusi lembaga pendidikan Islam  bagi pembangunan nasional, khususnya dalam membentuk moralitas bangsa Indonesia. Masalah pertama yakni mutu pendidikan Islam  sampai saat ini harus diakui masih jauh dari harapan. Kualitas pendidikan ketinggalan jauh jika dibandingkan dengan pendidikan umum. Hal ini bisa kita amati, out put (lulusan) dari lembaga pendidikan Islam  kualitasnya di bawah lulusan pendidikan umum.

Sedangkan masalah kedua, peran dan kontribusi lembaga pendidikan Islam  dalam membentuk moralitas bangsa Indoneisa banyak mengundang pertanyaandi semua kalangan terutama para ahli pendidikan. Seberapa besar pengaruh pendidkan agama Islam  dalam menanggulagi kemerosotan moralitas bangsa ini? Pada kenyataannya moralitas bangsa telah ‘rusak’, bahkan telah mencapai titik nadir berada pada kehancuran. Kejahatan dan perilaku menyimpang yang pelakunya tidak sedikit dari kalangan terpelajar. Mulai dari kasus besar seperti korupsi baik yang terjadi di kalangan birokrasi, penyalagunaan narkoba, dan perbuatan kriminal lainnya yang telah menyebar ke lapisan masyarakat.
Meski persoalan diatas tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan Islam , akan tetapi lembaga pendidikan Islam  setidaknya memilki peran dan fungsi yang layak dipertanyakan. Paling tidak pertanyaan ini pantas dipertanyakan berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam  itu sendiri, yakni membentuk kepribadian manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab baik secara vertical maupun horizontal.
Pada dasarnya proses pendidikan adalah hal pokok yang harus di tempuh dalam kehidupan ini untuk mencapai perubahan yang di harapkan oleh semua kalangan. Perubahan yang di harapkan tentunya adalah perubahan menuju kebaikan dan kebahagiaan , baik di dunia samapi di akhirat nanti. Kebaikan dan kebagaiaan merupakan tujuan semua makhluk hidup baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi tidak hanya manusia saja. Akan tetapi kebaikan dan kebahagiaan akan di raih ketika kita berpendidikan atau berilmu sebagaimana yang di sebutkan dalam sebuah sya’ir ;
من أرآدالدنيا فعليه باالعلم و من أراداللآخرة فعليه بالعلم ومن أرادهما فعليه بالعلم
Artinya: “Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia hendaknya dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat hendaknya dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan keduanya hendaknya dengan ilmu.
Untuk itu pada makalah ini penulis akan membahas tentang hakikat tujuan pendidikan Islam  yang menurut tinjauan filosofis.
     B.     Rumusan masalah
                 1.      Bagaimana tinjauan filosofi tentang tujuan pendidikan Islam ?
                 2.      Bagaimana tujuan ideal pendidikan Islam ?
      C.    Pembahasan
                 1.      Tinjauan Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Berbicara mengenai tujuan pendidikan tidak lepas dari hakikat manusia, bahwa menurut Islam  manusia adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahuwwata’ala, manusia  tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Qur’an surat Al-‘alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah, surah Al-Thoriq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah, surah Ar-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Allahlah yang menciptakan manusia. Masih banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang manusia. Jadi, manusia adalah ciptaan Allah.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang berkembang sesuai dengan alam sekitarnya, dalam perkembangannya manusia dapat dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya, ia cenderung ingin mengetahui apa yang mengganjal dalam fikiranya bahkan cenderung meyakini ada kekuatan lain yang bersumber dari luar dirinya, dari factor inilah manusia perlu di didik sesuai dengan karakternya masing-masing dan harus beragama sehingga memiliki aspek jasmani, akal dan ruhani yang baik. Maka dengan tiga aspek ini diharapkan manusia menjadi makhluk yang berbeda dengan yang lain.[1]
Kembali kepada tujuan pendidikan Islam , bahaw pendidikan Islam  mempunyai peran yang penting dalam membetuk manusia sebagai “abdun murobbi”. Penulis ingin menjabarkan hakikat tujuan pendidikan Islam. Menurut T.S. Eliot dalam yang dikuti oleh Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidikan yang penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup.[2] Jika pandangan hidup anda adalah Islam , maka tujuan pendidikan anda haruslah dari ajaran Islam. Eliot mempunyai defenisi seperti ini karena ia menyakini bahwa dasar kehidupan seseorang adalah pandangan hidup.
Berbeda dengan pendapat Al-Attas, yang menghendaki tujuan pendidikan Islam  adalah manusia yang baik. Ini terlalu umum.
Dikalangan para ahli pendidikan seyogyanya masih banyak perbedaan pendapat mengenai pemakaian istilah tujuan. Hasan langgulung, misalnya mengatakan bahwa istilah tujuan sendiri banyak dicampur-baurkan penggunaannya dengan istilah maksud. Kadang-kadang tampak berbeda dan tampak serupa. Namun demikian ia mengganggap kedua istilah itu mempunyai arti yang sama.[3]
Selain itu terdapat pula istilah matlamat (tanda-tanda), ramalan, hasil dan keinginan. Menurut al-Syaban, hubungan antara tujuan dan tanda-tanda adalah hubungan perserupaan atau pesamaan dalam makna, tempat pencapaian tujuan dan tanda menghendaki adanya perencanaan dan usaha yang disengaja dan rentetan langkah-langkah yang berkaitan satu sama lain.[4] Dengan demikian tujuan dan tanda adalah suatu proses dan proses mempunyai permulaan. Permulaan dan akhir ditentukan oleh langkah-langkah yang bertalian satu sama lain. Menurut al-syaibani, ada perbedaan antara tujuan dan ramalan. Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan, sedangkan ramalan adalah sesuatu yang diharapkan terjadi oleh isntitusi pendidikan.
Promblematika pendidikan Islam  sering diperdebatkan oleh persoalan pemaknaan terutama tujuan pendidikan itu sendiri. Namun penulis sendiri lebih mengarahkan focus pada hakikat tujuan pendidikan Islam . Karena aspek tujuan pendidikan merupakan sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan yang jelas dan terarah maka perbuatan mendidik atau proses pendidikan menjadi tidak jelas, tanpa arah dan bahkan tersesat atau salah langkah. Hal dimaksudkan mengecilkan peran pentingnya dua aspek lainnya, yakni kurikulum dan metodologi.
Sebagai suatu kegiatan terencana, penyelenggaraan pendidikan Islam  memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Sulit dibayangkan, jika ada suatu kegiatan tanpa memilki kejelasan tujuan.
Selain dari pendapat beberpa tokoh diatas, ada pendapat lain yang penulis temukan lagi. Pendapat ahmad marimba, misalnya, menyebutkan ada empat fungsi berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam . Pertama, tujuan berfungsi untuk mengakhiri sebuah usaha. Suatu usaha yang tidak memiliki tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa. Selain itu usaha mengalami permulaan dan akhirnya. Ada usaha yang terhenti karna kegagalan sebelum mencapai tujuan. Tetapi usaha itu belum dikatakan berakhir. Pada umumnya suatu usaha dikatakan berakhir kalau tujuan akhirnya telah tercapai. Sehingga pendidikan dikatakan berhasil ketika tujuan akhirnya telah dapat dicapai.
Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha tanpa adanya antisipasi dan orientasi (pandangan kedepan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi dankegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien, bahkan tidak terarah. Oleh sebab itu usaha harus diarahkan kepada pencapaian tujuan. Ketiga, tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Dalam hal ini tujuan dimaksud adalah sebagai starting point untuk menuju pada upaya pencapai tujuan-tujuan lain yang lebih penting atau lebih besar. Keempat fungsi dari tujuan adalah memberi nilai (sifat) pada usaha itu.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam rumusan setiap tujuan selalu disertai dengan nilai-nilai yang hendak diusahakan perwujudannya.nilai-nilai ini tentu saja bermacam-macam sesuai dengan pandangan yang merumuskannya. Jika yang merumuskan tujuan tersebut orang muslim yang taat dan luas wawasan keIslam annya, tentu saja akan memasukkan nilai-nilai bersifat Islam. Demikian sebaliknya, jika yang merumuskan tujuan orang materialistisekuleristik, maka nilai-nilai yang dituangkan bersifat demikian.            
Dari uraian diatas terdapat kesan, bahwa sebenarnya cakupan tujuan pendidikan itu sangat luas. Dalam kerangka menjelaskan hakekat pendidikan Islam , maka para pakar pendidikan Islam  memberikan perhatiannya cukup besar tentang tujuan pendidikan Islam. 
2.      Tujuan Ideal Pendidikan Islam
Dalam hal konsep dan rumusan tentang tujuan pendidikan Islam , para pakar  (ahli)pendidikan Islam  telah banyak mengemukakan,beranjak dari ahmad tafsir, bahwa untuk merumuskan tujuan Islam  secara umum harus diketahui terlebih dahulu ciri manusi yang sempurna menurut Islam , yaitu hakikat manusia menurut Islam . Dengan kata lain, konsepsi manusia yang sempurna menurut Islam  sangat membantu dalam perumusan tujuan Islam  secara khusus. Konsep Islam  terhadap manusia adalah mahluk ‘fitrah’ (suci) yang memiliki unsur jasmani dan rohani, fisik dan jiwa yang memungkinkan diberi pendidikan. Dengan bekal fitrah inilah manusia memiliki potensi dasar untuk menerima pendidikan. Sehingga dengan demikian, melalui pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia yang sempurna, baik aspek fisik maupun kejiwaan.[5]
Sedangkan menurut Muhammad Athiyah al-abrosyi dalam bukunya Al-syabany mengatakan, bahwa mencapaisuatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari tujuan pendidikan Islam .[6] Pendidikan dimaksud untuk membentuk kepribadian-kepribadian muslim yang memiliki karakter Islam i (berakhlak mulia), bermanfaat untuk dirinya dan masyakatnya yang diwujudkan dalam perilaku kesehariaanya.
Berbeda dengan pendapat zakiyah deradjat, mengelompokkan tujuan pendidikan Islam  menjadi empat kelompok yaitu, pertama tujuan umum, adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Kedua,tujuan akhir,karena pendidikan Islam  berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Karena itulah pendidikan Islam  itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Ketiga, tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Keempat, tujuan operasional merupakan tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.[7]
Dari beberapa rumusan yang dikemukakan oleh rapa ahli diatas, dapat diketahui bahwa tujuan pendidkan Islam  memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai aturan dan kehendak tuhan.
b.      Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan dilaksanakan dalam rangka ibadah sehingga tugas menjadi ringan.
c.       Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d.      Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian.
e.       Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari sekian penjabaran yang ditawarkan oleh penulis pada intinya hakikat pendidikan Islam adalah pembentukan pribadi muslim yang ilmu dan akhlak mulia yang semata-mata beribadah kepada Allah. hal ini diperkuat oleh firman Allah dalam surat al-Zariyat: 56
وما خلقت الجن والإنسان إلا ليعبدون....
Artinya: “Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku[8].
D.    Kesimpulan
Pada akhirnya ilmu yang di dapatkan melalui proses pendidikan merupakan hal penting yang harus di lakukan dan di amalkan sesuai dengan ilmu yang di dapatkan, karena tercapainya tujuan dari pendidikan ketika ilmunya di amalkan. Hal ini sesuai dengan ungkapan sa’ir:
ألعلم بلا عمل كشجر بلا ثمر…..
Artinya: “Ilmu jika tidak di amalkan sepeti pohon tanpa berbuah”
Tinjauan filosofinya ilmu tidak terjadi/ada begitu saja (ilmu laduni), melainkan ilmu itu ada ketika melalui proses pembelajaran, baik yang bersifat formal maupun non-formal. Hal ini di tinjau dari sejarah awal mula penciptaan manusia yang bernama Adam ‘Alaihissalam. Dari sejarah inilah kita mengambil kesimpulan bahwa antara guru dan murid merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan sehingga di namakan pendidikan.dan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu kita tidak bisa terlepas dari ‘amal sebagaimana penjelasan sya’ir di atas.
E.     Daftar Pustaka
Al-Qur’an Tejemahan Kementrian Agama tahun 2000
Al-syabany, Omar Muhammad al-Toumy Falsafah Pendidikan Islam . Bulan Bintang: Jakarta1979
Deradjat, Zakiyah.  Ilmu Pendidikan Islam . Bumi Aksara: Jakarta2013
Nata, AbudinFilsafat Pendidikan Islam . Gaya Media Pratama: Jakarta. 2005
      Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam . Rosdakarya: Bandung. cet. ke 2. 2013



[1] Prof. Ahmad tafsir, ilmu pendidikan islam, Rosdakarya: Bandung, cet. ke 2, 2013, h. 53
[2] Ibid. h. 65
[3] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama: Jakarta, 2005, h. 99
[4] Omar Muhammad al-Toumy al-Syabany, Falsafah Pendidikan IslamBulan Bintang: Jakarta,1979, h. 400
[5] Ahmad tafsir, Op. cit, h. 49
[6] As-Syaibani, Op. cith. 416
[7] Zakiyah Deradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, 2013h.30-33
[8] Al-Qur’an Tejemahan Kementrian Agama tahun 2000

No comments:

Post a Comment

MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU