Tuesday, October 20, 2015

Filsafat Ilmu dan Problematika Pembelajaran

Disampaikan oleh Abdul Muttaqin


A.    Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua. Salam serta solawat semoga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat baik di dunia dan utamanya di akhirat kelak.



Belajar merupakan hal pokok yang wajib dilakukan oleh seseorang manakala ingin berubah. Hakikat belajar adalah berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Seseorang dikatan belajar manakala di dalam dirinya sudah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik lagi.
Di dalam proses belajar selalu melibatkan pihak lain, sebab belajar merupakan interaksi antara murid dengan guru, murid dengan murid serta interaksi-interaksi lainnya yang mendukung proses belajar. Proses interaksi di dalam belajar tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini terjadi lantaran adanya sebab-sebab yang menghambat berjalannya interaksi tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam proses pembelajaran itu banyak dan sumbernya tidak hanya dari satu pihak. Permasalahan itu akan menghambat jalannya kegiatan pembelajaran dan tentunya akan menghambat proses pencapaian tujuan di dalam pembelajaran.
Permasalahan yang ada harus dikaji secara mendalam untuk mengetahui sebab musababnya sehingga bisa diketahui jalan keluarnya. Dan harapannya masalah dapat diselesaikan sehingga tidak lagi menghambat proses pembelajaran.
Untuk mengetahui hakikat permasalahan yang muncul diperlukan sebuah pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Pada pembahasan kali ini penulis mengambil tema Filsafat Ilmu dan Problematika Pembelajaran dengan rumusan masalah sebagaimana penulis paparkan di dalam sub pokok bahasan di bawah ini.
B.     Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini penulis mencoba mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
2.      Apa saja problematika pembelajaran?
3.      Bagaimana solusi mengatasi problematika pembelajaran dengan pendekatan filsafat?
C.    Penegasan Istilah
1.      Filsafat
Secara bahasa, kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu dari kata ‘philos’ dan ‘shopia’. Dimana arti dari masing-masing kata tersebut ‘philos’ berarti cinta yang sangat mendalam dan ‘shopia’ yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd di dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.[1]
Menurutnya filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat difahami sebagai proses berfikir kritis guna menari kearifan dan kebijaksanaan.
2.      Ilmu
Istilah ilmu di dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode teretentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.[2]
3.      Problematika
Problematika berasal dari kata problem yang artinya di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah masalah, persoalan. Sedangkan problematik/ a berarti masih menimbulkan masalah, masih dapat belum dipecahkan.[3]
Dengan demikian problematika berarti persoalan atau masalah yang belum dapat terpecahkan.
4.      Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata dasar ‘ajar’ yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kemudian kata tersebut dikembangkan dengan menambahkan awalan ‘ber-‘ sehingga menjadi ‘belajar’ sebagai kata kerja yang artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Lalu dari kata kerja ‘belajar’ ditambahkan konfiks ‘Pem-an’ menjadi ‘pembelajaran’ sehingga bermakna proses. Oleh karena itu, sebagai mana disebutkan dalam KBBI, pembelajaran artinya proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[4]
D.    Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pegertian filsafat ilmu; mengetahui problematika pembelajaran dan untuk mengetahui bagaimana mengatasi problematika pembelajaran dengan pendekatan filsafat.
E.     Pembahasan
1.      Filsafat Ilmu
a.       Pengertian Filsafat
Secara bahasa, kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu dari kata ‘philos’ dan ‘shopia’. Dimana arti dari masing-masing kata tersebut ‘philos’ berarti cinta yang sangat mendalam dan ‘shopia’ yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd di dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.[5] Menurutnya filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan.
Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA mengambil simpulan bahwa secara kebahasaan atau semantik filsafat adalah cinta terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan.[6]
Pengertian filsafat secara istilah tidak dapat didefinisikan secara mutlak sebab filsafat selalu mengalami perkembangan. Namun paling tidaknya ada gambaran, seperti yang disampaikan oleh Abudin Nata,  bahwa yang dinamakan filsafat adalah kegiatan berfikir untuk mencari kebenaran mengenai segala sesuatu yang ada, baik abstrak maupun konkrit.[7]
Lebih jelas lagi mengenai filsafat seperti yang dijelaskan oleh Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[8]
Jadi kesimpulannya filsafat adalah proses berfikir kritis di dalam mencari kebenaran dan hakikat sesuatu yang ada sehingga nantinya akan diperoleh sebuah pengetahuan dan kebijaksanaan.
b.      Filsafat Ilmu
Sebagaimana sudah dibahas di atas tentang pengertian filsafat, pada pembahasan ini akan menyandingkan filsafat dengan ilmu. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis, sebab lahirnya ilmu tidak lepas dari filsafat.[9]
Sedangkan pengertian ilmu menurut NS. Asmadi, seperti yang dikutip Fajar di dalam artikelnya, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).[10]
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan?
2.      Problematika Pembelajaran
Problematika berasal dari kata problem yang artinya di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah masalah, persoalan. Sedangkan problematik/ a berarti masih menimbulkan masalah, masih dapat belum dipecahkan.[11] Dengan demikian problematika berarti persoalan atau masalah yang belum dapat terpecahkan.
Istilah pembelajaran berasal dari kata dasar ‘ajar’ yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kemudian kata tersebut dikembangkan dengan menambahkan awalan ‘ber-‘ sehingga menjadi ‘belajar’ sebagai kata kerja yang artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Lalu dari kata kerja ‘belajar’ ditambahkan konfiks ‘Pem-an’ menjadi ‘pembelajaran’ sehingga bermakna proses. Oleh karena itu, sebagai mana disebutkan dalam KBBI, pembelajaran artinya proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[12]
Menurut Dr. Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.[13]
Dengan demikian problemmatika pembelajaran dapat didefiniskan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat menghambat proses seseorang di dalam mengkombinasikan unsur manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur di dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Jikalau kita membahas problematika pembelajaran, tentunya kita harus membahas dari beberapa aspek. Sebab pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang menjadikan seseorang belajar dan di dalam hal ini tentunya ada lembaga yang mewadahi seseorang untuk belajar.
Jadi problematika pembelajaran adakalanya muncul dari aspek prosesnya di dalam kelas. Adakalanya muncul dari aspek manajemen yang mempengaruhi jalanya proses pembelajaran. Pun ada kalanya muncul dari aspek tenaga pendidik sebagai aktor yang terlibat langsung di dalam proses pendidikan. Sarana dan prasarana juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya problem pendidikan. Dan tentunya juga dari aspek peserta didik yang ikut terlibat langsung di dalamnya.
Pada pembahasan ini penulis akan lebih fokus pada problem yang dihadapi seseorang sebagai peserta didik di dalam proses belajar. Seara garis besarnya problem pembelajaran yang muncul pada diri seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.       Faktor Internal
Anak-anak adalah makhluk yang sudah dikaruniai potensi oleh Tuhan ketika diciptakan. Sesuai dengan teori konstruktivisme di dalam pendidikan, bahwa di dalam proses belajar kita sebagai guru adalah memiliki tugas untuk mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu peserta didik.
Setiap anak memiliki potensi masing-masing yang tentunya berbeda satu sama lain. Perbedaan potensi ini pula yang dapat mendorong timbulnya problem di dalam pembelajaran. Sebab tidak semua potensi dapat terakomodasi di dalam proses pembelajaran.
Faktor internal yang bisa menghambat proses pembelajaran bisa bersifat kognitif, afektif dan psikomotor.[14]
Faktor penghambat yang bersifat kognitif misalnya ketidakmapuan seorang anak didalam membaca, menghitung atau bahkan menulis dan hal-hal lain yang berkaitan dengan intelegensianya. Sedangkan faktor yang bersifat afektif misalnya adalah sikap anak yang pemarah, kurang sabar dan sikap-sikap negatif lainnya yang dapat menghambat proses belajarnya. Adapun faktor yang bersifat psikomotor adalah gangguan yang bersifat fisik yang dapat mengganggu proses belajar seperti gangguan penglihatan, pendengaran atau gangguan-gangguan psikomotor lainnya.
b.      Faktor Eksternal
Lingkungan dan latar belakang kondisi sosial keluarga serta sekolah juga dapat mempengaruhi timbulnya problem pembelajaran. Perbedaan kondisi sosial masyarakat yang hidup di daerah pegunungan dan masyarakat yang hidup di dataran rendah bisa memicu terjadinya problem pembelajaran.
Masyarakat yang hidup di daerah dataran tinggi dengan cuaca yang cukup sejuk cenderung memiliki karakteristik masyarakat yang santun dan lembut. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang hidup di daerah dataran rendah, apalagi pantai, mereka enderung memiliki watak yang keras dan cenderung kasar. Hal ini disebabkan kondisi cuaa yang panas.
Perbedaan latar belakang kondisi lingkungan keluarga yang berbeda juga berpotensi menimbulkan problem pendidikan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah, misalnya broken home ataupun keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, akan cenderung lebih sulit di dalam menerima pelajaran di dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan adanya beban mental yang dirasakan akibat kehidupan rumah tangganya yang kurang harmonis.
Faktor eksternal yang bisa menghambat proses pembelajaran bisa berasal dari keluarga, lingkungan masyarakat bahkan lingkungan sekolah.[15]
Seperti yang sudah saya paparkan di atas bahwa keluarga memiliki peran utama di dalam proses pembelajaran dan pendidikan pada umumnya. Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di lingkungan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Di sini diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah agar anak bisa berhasil di dalam belajarnya.
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah, broken home misalnya, akan cenderung bebas dan tidak terkontrol. Sebab mereka di rumah tidak punya figur yang bisa dijadikan teladan. Sehingga mereka lebih senang meniru teman sepergaulannya di masyarakat.
Kumpulan dari beberapa keluarga akan membentuk sistem sosial masyarakat, apabila sistem sosial tersebut terdiri dari keluarga-keluarga yang bermasalah maka sistem sosial yang ada juga akan bermasalah. Sistem sosial kemasyarakatan yang bermasalah ini juga turut andil memberikan efek negatif terhadap anak-anak yang ada di lingkungan tersebut.
Lingkungan sekolah juga ikut andil di dalam masalah atau problem pembelajaran. Misalnya sarana prasarana yang kurang memadai, integritas guru yang masih dipertanyakan atau bahkan manajemen sekolah yang masih amburadul sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Selain kedua faktor tersebut, Saiful Bahri Djamarah di dalam bukunya, menambahkan adanya faktor khusus yang bisa menimbulkan problem di dalam belajar yaitu sindrom psikologis yang disebut ‘Learning Disability’.[16]
Istilah learning disability sebenarnya artinya sama dengan problem pembelajaran, seperti yang saya kutip dari laman internet lembaga non-profit yang bergerak di bidang kesehatan mental, yaitu Helpguide.org. Learning disabilities, or learning disorders, are an umbrella term for a wide variety of learning problems. Artinya lerning disabilities atau learning disorders adalah istilah bagi masalah-masalah pembelajaran yang jenisnya banyak. Di sana diterangkan juga tipe-tipe yang umum tentang learnig disability ini, diantaranya:
a.       Dyslexia, yaitu kesulitan dalam hal membaca.
b.      Dyscalculia, yaitu kesulitan di dalam hal Matematika.
c.       Dysgraphia, yaitu kesulitan di dalam menulis.
d.      Dyspraxia (Sensory Integration Disorders), yaitu kesulitan koordinasi gerak antara mata dan tangan.
e.       Dysphasia/ Aphasia, yaitu kesulitan dalam hal bahasa.
f.       Auditory Processing Disorder, yaitu kesulitan dalam hal membedakan suara.
g.      Visual Processing Disorder, yaitu kesulitan dalam hal menafsirkan informasi visual.[17]
3.      Mengurai Problematika Pembelajaran Dengan Pendekatan Filsafat
Filsafat adalah sebuah proses berfikir kritis, radikal serta universal. Penurut pemahaman yang saya pahami selama ini, apabila istilah filsafat disandingkan dengan istilah lain dalam bidang keilmuan, maknanya adalah bagaimana kita mempelajari dengan mencari asal-usulnya, maksud dan tujuannya serta bagaimana aplikasinya di dalam konteks yang sebenarnya.
Misalnya saja istilah filsafat ilmu, seperti yang sudah saya paparkan di atas, maksudnya adalah kita mengkaji suatu ilmu tersebut dari segi dari mana asalnya, apa hakikat ilu tersebut dan apa objek kajiannya. Hal tersebut ditelusuri secara mendalam sampai tuntas sehingga tidak ada lagi hal-hal lain yang bisa difikirkan.
Kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas pada makalah ini yaitu tentang problematika pembelajaran di tinjau dari sudut pandang filsafat, maka akan didapati suatu pemahan problematika pembelajaran itu hakikatnya apa? kenapa bisa muncul problematika dan bagaimana solusinya agar problematika itu bisa diselesaikan seara tuntas?
Dari paparan mengenai problematika pembelajaran di atas dapat kita ketahui bahwa problem itu muncul karena ada faktor internal dan faktor eksternal. Selain itu juga adanya sindrom psikologi yang bisa mengganggu jalannya proses belajar. Dengan mengetahui sebab munculnya problem tersebut berarti kita sudah menemukan 50% penyelesaiannya dan yang 50% lainnya adalah aksi kita di dalam mengatasi masalah atau problem tersebut.
Sehingga, ketika kita mendapati suatu permaslahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran kita tidak serta merta menyalahkan anak. Kita cari tahu dulu apa problemnya kita cari tahu juga mengapa bisa demikian baru kita cari jalan keluarnya.
Jadi itulah gunanya filsafat di dalam penerapannya di dunia pendidikan. Secara tidak langsung kita sudah berfilsafat. Dengan adanya masalah yang muncul kemudian kita mencari tahu apa hakikat permasalahan tersebut kemudian kita mencari tahu apa penyebabnya maka kita akan tahu bagaimana solusi mengatasinya.
F.     Kesimpulan
1.      Filsafat adalah ilmu yang membahas hakikat sesuatu yang tujuannya adalah mencari hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya.
2.      Problematika pembelajaran adalah sebuah kondisi tertentu yang menghambat seseorang di dalam proses belajar. Problematika pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi anak didik saja, melainkan bisa ditinjau dari stake holder yang terlibat di dalam proses pembelajaran tersebut. Problematika pembelajaran pada diri anak disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun faktor eksternal meliputi aspek lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat bahkan lingkungan sekolah. Problematika pembelajaran pada diri anak juga bisa disebabkan adanya sebuah sindrom psikologi yang disebut ‘Learning Disability’.
3.      Problematika pembelajaran dan penyelesaiannya dengan pendekatan filsafat adalah sebuah proses mengidentifikasi masalah dengan mengetahui hakikat, penyebab dan solusinya secara kritis, radikal dan universal sehingga masalah itu menjadi tuntas.
G.    Daftar Pustaka
Depdikbud
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Ed. 2, Cet. 7.

Djamarah, Syaiful Bahri
Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Rev, Cet. 3, 2011.

Fajar
Pengertian Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu dari Beberapa Tokoh dan Ruang Lingkupnya, http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3o3C98VPS , diakses pada 9 Oktober 2015

Hamalik, Oemar
Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Ed. 1, Cet. 1.

Helpguide.org
Learning Disabilities and Disorders, http://www.helpguide.org/articles/learning-disabilities/learning-disabilities-and-disorders.htm#what, diakses pada 9 Oktober 2015.

Nata, Abudin
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Sadulloh, Uyoh
Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.

Salwinsah
Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu, https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/, diakses pada 9 Oktober 2015.



[1] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 16
[2] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Ed. 2, Cet. 7, hlm. 370
[3] Ibid, hlm. 788
[4] Ibid, hlm. 14
[5] Uyoh Sadulloh, Op. Cit,  hlm. 16
[6] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hlm. 2
[7] Ibid, hlm. 3
[8] Ibid,
[9] Salwinsah, Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu, https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/, diakses pada 9 Oktober 2015
[10] Fajar, Pengertian Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu dari Beberapa Tokoh dan Ruang Lingkupnya, http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3o3C98VPS , diakses pada 9 Oktober 2015
[11] Depdikbud, Op. Cit, hlm. 788
[12] Ibid, hlm. 14
[13] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Ed. 1, Cet. 1, hlm. 57
[14] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Rev, Cet. 3, 2011, hlm. 235
[15] Ibid, hlm. 236
[16] Ibid, hlm. 237
[17] Helpguide.org, Learning Disabilities and Disorders, http://www.helpguide.org/articles/learning-disabilities/learning-disabilities-and-disorders.htm#what, diakses pada 9 Oktober 2015 

No comments:

Post a Comment

MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU