Disampaikan oleh Abdul Muttaqin
A.
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua. Salam serta solawat semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat baik di dunia dan utamanya di akhirat
kelak.
Belajar merupakan hal pokok yang wajib dilakukan oleh seseorang
manakala ingin berubah. Hakikat belajar adalah berubah dari satu kondisi ke
kondisi yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Seseorang dikatan belajar
manakala di dalam dirinya sudah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik lagi.
Di dalam proses belajar selalu melibatkan pihak lain, sebab belajar
merupakan interaksi antara murid dengan guru, murid dengan murid serta
interaksi-interaksi lainnya yang mendukung proses belajar. Proses interaksi di
dalam belajar tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini terjadi
lantaran adanya sebab-sebab yang menghambat berjalannya interaksi tersebut.
Permasalahan-permasalahan
yang muncul di dalam proses pembelajaran itu banyak dan sumbernya tidak hanya
dari satu pihak. Permasalahan itu akan menghambat jalannya kegiatan
pembelajaran dan tentunya akan menghambat proses pencapaian tujuan di dalam
pembelajaran.
Permasalahan yang ada harus dikaji secara mendalam untuk mengetahui
sebab musababnya sehingga bisa diketahui jalan keluarnya. Dan harapannya
masalah dapat diselesaikan sehingga tidak lagi menghambat proses pembelajaran.
Untuk mengetahui hakikat permasalahan yang muncul diperlukan sebuah
pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Pada pembahasan kali ini penulis
mengambil tema Filsafat Ilmu dan Problematika Pembelajaran dengan rumusan
masalah sebagaimana penulis paparkan di dalam sub pokok bahasan di bawah ini.
B.
Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini penulis mencoba mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
2.
Apa
saja problematika pembelajaran?
3.
Bagaimana
solusi mengatasi problematika pembelajaran dengan pendekatan filsafat?
C.
Penegasan Istilah
1.
Filsafat
Secara bahasa, kata ‘filsafat’
berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu dari kata ‘philos’ dan ‘shopia’.
Dimana arti dari masing-masing kata tersebut ‘philos’ berarti cinta yang
sangat mendalam dan ‘shopia’ yang berarti kearifan atau kebijaksanaan.
Hal ini sebagaimana dikutip oleh Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd di dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.[1]
Menurutnya filsafat secara harfiah
dapat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau
kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat difahami sebagai proses berfikir
kritis guna menari kearifan dan kebijaksanaan.
2.
Ilmu
Istilah ilmu di dalam kamus besar
bahasa Indonesia disebutkan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode teretentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.[2]
3.
Problematika
Problematika berasal dari kata
problem yang artinya di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah masalah,
persoalan. Sedangkan problematik/ a berarti masih menimbulkan masalah, masih
dapat belum dipecahkan.[3]
Dengan demikian problematika berarti
persoalan atau masalah yang belum dapat terpecahkan.
4.
Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata
dasar ‘ajar’ yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui. Kemudian kata tersebut dikembangkan dengan menambahkan awalan ‘ber-‘
sehingga menjadi ‘belajar’ sebagai kata kerja yang artinya adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Lalu dari kata kerja ‘belajar’
ditambahkan konfiks ‘Pem-an’ menjadi ‘pembelajaran’ sehingga
bermakna proses. Oleh karena itu, sebagai mana disebutkan dalam KBBI,
pembelajaran artinya proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[4]
D.
Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pegertian
filsafat ilmu; mengetahui problematika pembelajaran dan untuk mengetahui
bagaimana mengatasi problematika pembelajaran dengan pendekatan filsafat.
E.
Pembahasan
1.
Filsafat
Ilmu
a.
Pengertian
Filsafat
Secara bahasa, kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu dari kata ‘philos’ dan ‘shopia’. Dimana arti dari
masing-masing kata tersebut ‘philos’ berarti cinta yang sangat mendalam
dan ‘shopia’ yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Hal ini
sebagaimana dikutip oleh Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd di dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.[5] Menurutnya
filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam
terhadap kearifan atau kebijaksanaan.
Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA mengambil simpulan bahwa secara
kebahasaan atau semantik filsafat adalah cinta terhadap pengetahuan dan
kebijaksanaan.[6]
Pengertian filsafat secara istilah tidak dapat didefinisikan secara
mutlak sebab filsafat selalu mengalami perkembangan. Namun paling tidaknya ada
gambaran, seperti yang disampaikan oleh Abudin Nata, bahwa yang dinamakan filsafat adalah kegiatan
berfikir untuk mencari kebenaran mengenai segala sesuatu yang ada, baik abstrak
maupun konkrit.[7]
Lebih jelas lagi mengenai filsafat seperti yang dijelaskan oleh
Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, filsafat adalah berfikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari
kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[8]
Jadi kesimpulannya filsafat adalah proses berfikir kritis di dalam
mencari kebenaran dan hakikat sesuatu yang ada sehingga nantinya akan diperoleh
sebuah pengetahuan dan kebijaksanaan.
b.
Filsafat
Ilmu
Sebagaimana sudah dibahas di atas tentang pengertian filsafat, pada
pembahasan ini akan menyandingkan filsafat dengan ilmu. Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis,
sebab lahirnya ilmu tidak lepas dari filsafat.[9]
Sedangkan pengertian ilmu menurut NS. Asmadi, seperti yang dikutip
Fajar di dalam artikelnya, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan
proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode
ilmiah).[10]
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki
dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia yang membuahkan pengetahuan?
2.
Problematika
Pembelajaran
Problematika berasal dari kata
problem yang artinya di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah masalah,
persoalan. Sedangkan problematik/ a berarti masih menimbulkan masalah, masih
dapat belum dipecahkan.[11] Dengan
demikian problematika berarti persoalan atau masalah yang belum dapat
terpecahkan.
Istilah pembelajaran berasal dari
kata dasar ‘ajar’ yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui. Kemudian kata tersebut dikembangkan dengan menambahkan awalan
‘ber-‘ sehingga menjadi ‘belajar’ sebagai kata kerja yang artinya
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Lalu dari kata kerja ‘belajar’
ditambahkan konfiks ‘Pem-an’ menjadi ‘pembelajaran’ sehingga
bermakna proses. Oleh karena itu, sebagai mana disebutkan dalam KBBI,
pembelajaran artinya proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.[12]
Menurut Dr. Oemar Hamalik
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.[13]
Dengan demikian problemmatika
pembelajaran dapat didefiniskan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat
menghambat proses seseorang di dalam mengkombinasikan unsur manusiawi, materi,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur di dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Jikalau kita membahas problematika
pembelajaran, tentunya kita harus membahas dari beberapa aspek. Sebab
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang menjadikan seseorang belajar dan
di dalam hal ini tentunya ada lembaga yang mewadahi seseorang untuk belajar.
Jadi problematika pembelajaran
adakalanya muncul dari aspek prosesnya di dalam kelas. Adakalanya muncul dari
aspek manajemen yang mempengaruhi jalanya proses pembelajaran. Pun ada kalanya
muncul dari aspek tenaga pendidik sebagai aktor yang terlibat langsung di dalam
proses pendidikan. Sarana dan prasarana juga bisa menjadi salah satu penyebab
munculnya problem pendidikan. Dan tentunya juga dari aspek peserta didik yang
ikut terlibat langsung di dalamnya.
Pada pembahasan ini penulis akan
lebih fokus pada problem yang dihadapi seseorang sebagai peserta didik di dalam
proses belajar. Seara garis besarnya problem pembelajaran yang muncul pada diri
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a.
Faktor
Internal
Anak-anak adalah makhluk yang sudah dikaruniai potensi oleh Tuhan
ketika diciptakan. Sesuai dengan teori konstruktivisme di dalam pendidikan,
bahwa di dalam proses belajar kita sebagai guru adalah memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu peserta didik.
Setiap anak memiliki potensi masing-masing yang tentunya berbeda
satu sama lain. Perbedaan potensi ini pula yang dapat mendorong timbulnya
problem di dalam pembelajaran. Sebab tidak semua potensi dapat terakomodasi di
dalam proses pembelajaran.
Faktor
internal yang bisa menghambat proses pembelajaran bisa bersifat kognitif,
afektif dan psikomotor.[14]
Faktor penghambat yang bersifat kognitif misalnya ketidakmapuan
seorang anak didalam membaca, menghitung atau bahkan menulis dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan intelegensianya. Sedangkan faktor yang bersifat afektif
misalnya adalah sikap anak yang pemarah, kurang sabar dan sikap-sikap negatif
lainnya yang dapat menghambat proses belajarnya. Adapun faktor yang bersifat
psikomotor adalah gangguan yang bersifat fisik yang dapat mengganggu proses
belajar seperti gangguan penglihatan, pendengaran atau gangguan-gangguan
psikomotor lainnya.
b.
Faktor
Eksternal
Lingkungan dan latar belakang kondisi sosial keluarga serta sekolah
juga dapat mempengaruhi timbulnya problem pembelajaran. Perbedaan kondisi
sosial masyarakat yang hidup di daerah pegunungan dan masyarakat yang hidup di
dataran rendah bisa memicu terjadinya problem pembelajaran.
Masyarakat yang hidup di daerah dataran tinggi dengan cuaca yang
cukup sejuk cenderung memiliki karakteristik masyarakat yang santun dan lembut.
Hal ini berbeda dengan masyarakat yang hidup di daerah dataran rendah, apalagi
pantai, mereka enderung memiliki watak yang keras dan cenderung kasar. Hal ini
disebabkan kondisi cuaa yang panas.
Perbedaan latar belakang kondisi lingkungan keluarga yang berbeda
juga berpotensi menimbulkan problem pendidikan. Anak-anak yang berasal dari
keluarga yang bermasalah, misalnya broken home ataupun keluarga yang mengalami
kesulitan ekonomi, akan cenderung lebih sulit di dalam menerima pelajaran di
dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan adanya beban mental yang
dirasakan akibat kehidupan rumah tangganya yang kurang harmonis.
Faktor eksternal yang bisa menghambat proses pembelajaran bisa
berasal dari keluarga, lingkungan masyarakat bahkan lingkungan sekolah.[15]
Seperti yang sudah saya paparkan di atas bahwa keluarga memiliki
peran utama di dalam proses pembelajaran dan pendidikan pada umumnya. Sebagian
besar waktu anak-anak dihabiskan di lingkungan keluarga dan masyarakat di
sekitarnya. Di sini diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan pihak
sekolah agar anak bisa berhasil di dalam belajarnya.
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah, broken home
misalnya, akan cenderung bebas dan tidak terkontrol. Sebab mereka di rumah
tidak punya figur yang bisa dijadikan teladan. Sehingga mereka lebih senang
meniru teman sepergaulannya di masyarakat.
Kumpulan dari beberapa keluarga akan membentuk sistem sosial
masyarakat, apabila sistem sosial tersebut terdiri dari keluarga-keluarga yang
bermasalah maka sistem sosial yang ada juga akan bermasalah. Sistem sosial
kemasyarakatan yang bermasalah ini juga turut andil memberikan efek negatif
terhadap anak-anak yang ada di lingkungan tersebut.
Lingkungan sekolah juga ikut andil di dalam masalah atau problem
pembelajaran. Misalnya sarana prasarana yang kurang memadai, integritas guru
yang masih dipertanyakan atau bahkan manajemen sekolah yang masih amburadul
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Selain kedua faktor tersebut, Saiful
Bahri Djamarah di dalam bukunya, menambahkan adanya faktor khusus yang bisa
menimbulkan problem di dalam belajar yaitu sindrom psikologis yang disebut ‘Learning
Disability’.[16]
Istilah learning disability
sebenarnya artinya sama dengan problem pembelajaran, seperti yang saya kutip
dari laman internet lembaga non-profit yang bergerak di bidang kesehatan
mental, yaitu Helpguide.org. Learning disabilities, or learning disorders,
are an umbrella term for a wide variety of learning problems. Artinya lerning
disabilities atau learning disorders adalah istilah bagi
masalah-masalah pembelajaran yang jenisnya banyak. Di sana diterangkan juga
tipe-tipe yang umum tentang learnig disability ini, diantaranya:
a.
Dyslexia,
yaitu kesulitan dalam hal membaca.
b.
Dyscalculia,
yaitu kesulitan di dalam hal Matematika.
c.
Dysgraphia,
yaitu kesulitan di dalam menulis.
d.
Dyspraxia
(Sensory Integration Disorders), yaitu kesulitan koordinasi gerak antara mata
dan tangan.
e.
Dysphasia/
Aphasia, yaitu kesulitan dalam hal bahasa.
f.
Auditory
Processing Disorder, yaitu kesulitan dalam hal membedakan suara.
g.
Visual
Processing Disorder, yaitu kesulitan dalam hal menafsirkan informasi visual.[17]
3.
Mengurai
Problematika Pembelajaran Dengan Pendekatan Filsafat
Filsafat adalah sebuah proses
berfikir kritis, radikal serta universal. Penurut pemahaman yang saya pahami
selama ini, apabila istilah filsafat disandingkan dengan istilah lain dalam
bidang keilmuan, maknanya adalah bagaimana kita mempelajari dengan mencari
asal-usulnya, maksud dan tujuannya serta bagaimana aplikasinya di dalam konteks
yang sebenarnya.
Misalnya saja istilah filsafat ilmu, seperti yang sudah saya
paparkan di atas, maksudnya adalah kita mengkaji suatu ilmu tersebut dari segi
dari mana asalnya, apa hakikat ilu tersebut dan apa objek kajiannya. Hal
tersebut ditelusuri secara mendalam sampai tuntas sehingga tidak ada lagi
hal-hal lain yang bisa difikirkan.
Kaitannya dengan permasalahan yang
sedang dibahas pada makalah ini yaitu tentang problematika pembelajaran di
tinjau dari sudut pandang filsafat, maka akan didapati suatu pemahan
problematika pembelajaran itu hakikatnya apa? kenapa bisa muncul problematika
dan bagaimana solusinya agar problematika itu bisa diselesaikan seara tuntas?
Dari paparan mengenai problematika
pembelajaran di atas dapat kita ketahui bahwa problem itu muncul karena ada
faktor internal dan faktor eksternal. Selain itu juga adanya sindrom psikologi
yang bisa mengganggu jalannya proses belajar. Dengan mengetahui sebab munculnya
problem tersebut berarti kita sudah menemukan 50% penyelesaiannya dan yang 50%
lainnya adalah aksi kita di dalam mengatasi masalah atau problem tersebut.
Sehingga, ketika kita mendapati
suatu permaslahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran kita tidak serta
merta menyalahkan anak. Kita cari tahu dulu apa problemnya kita cari tahu juga
mengapa bisa demikian baru kita cari jalan keluarnya.
Jadi itulah gunanya filsafat di
dalam penerapannya di dunia pendidikan. Secara tidak langsung kita sudah
berfilsafat. Dengan adanya masalah yang muncul kemudian kita mencari tahu apa
hakikat permasalahan tersebut kemudian kita mencari tahu apa penyebabnya maka
kita akan tahu bagaimana solusi mengatasinya.
F.
Kesimpulan
1.
Filsafat
adalah ilmu yang membahas hakikat sesuatu yang tujuannya adalah mencari hikmah
dan kebijaksanaan. Sedangkan filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang
ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya.
2.
Problematika
pembelajaran adalah sebuah kondisi tertentu yang menghambat seseorang di dalam
proses belajar. Problematika pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi anak
didik saja, melainkan bisa ditinjau dari stake holder yang terlibat di dalam
proses pembelajaran tersebut. Problematika pembelajaran pada diri anak
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Adapun faktor eksternal meliputi aspek lingkungan, baik
lingkungan keluarga, masyarakat bahkan lingkungan sekolah. Problematika
pembelajaran pada diri anak juga bisa disebabkan adanya sebuah sindrom
psikologi yang disebut ‘Learning Disability’.
3.
Problematika
pembelajaran dan penyelesaiannya dengan pendekatan filsafat adalah sebuah
proses mengidentifikasi masalah dengan mengetahui hakikat, penyebab dan
solusinya secara kritis, radikal dan universal sehingga masalah itu menjadi
tuntas.
G.
Daftar Pustaka
Depdikbud
|
Kamus
Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Ed. 2, Cet. 7.
|
Djamarah,
Syaiful Bahri
|
Psikologi
Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Rev, Cet. 3, 2011.
|
Fajar
|
Pengertian
Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu dari Beberapa Tokoh dan Ruang Lingkupnya, http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3o3C98VPS , diakses pada 9 Oktober 2015
|
Hamalik,
Oemar
|
Kurikulum
dan Pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Ed. 1, Cet. 1.
|
Helpguide.org
|
Learning
Disabilities and Disorders,
http://www.helpguide.org/articles/learning-disabilities/learning-disabilities-and-disorders.htm#what,
diakses pada 9 Oktober 2015.
|
Nata,
Abudin
|
Filsafat
Pendidikan Islam,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
|
Sadulloh,
Uyoh
|
Pengantar
Filsafat Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2012.
|
Salwinsah
|
Pengertian
dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu,
https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/,
diakses pada 9 Oktober 2015.
|
[1] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 16
[2] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Ed. 2, Cet. 7, hlm. 370
[3] Ibid,
hlm. 788
[4] Ibid, hlm. 14
[5] Uyoh Sadulloh, Op. Cit, hlm. 16
[6] Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, hlm. 2
[7] Ibid, hlm. 3
[8] Ibid,
[9] Salwinsah, Pengertian dan
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu, https://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/,
diakses pada 9 Oktober 2015
[10] Fajar, Pengertian Filsafat,
Ilmu dan Filsafat Ilmu dari Beberapa Tokoh dan Ruang Lingkupnya, http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3o3C98VPS , diakses pada 9 Oktober 2015
[11] Depdikbud, Op.
Cit, hlm. 788
[12] Ibid, hlm. 14
[13] Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Ed. 1, Cet. 1, hlm. 57
[14] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Rev, Cet. 3, 2011, hlm. 235
[15] Ibid, hlm. 236
[16] Ibid, hlm. 237
[17] Helpguide.org, Learning
Disabilities and Disorders, http://www.helpguide.org/articles/learning-disabilities/learning-disabilities-and-disorders.htm#what,
diakses pada 9 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment
MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU