Friday, February 24, 2012

Surah al-Kafirun Bentuk penolakan Nabi terhadap Toleransi dalam hal Aqidah



A. Memahami isi kandungan surah al-Kafirun
1. Surah al-Kafirun dan terjemahnya
- Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
- Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
- Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
- Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
- Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
- Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

2. Isi kandungan surah al-Kafirun
Surah ini diturunkan di kota Mekah dan yang dituju adalah kaum musyrikin yang kafir, mereka adalah orang yang tidak mau menerima seruan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad kepada mereka.
a. Keterangan ayat 1
Menurut Ibnu Jarir, Tuhan menyuruh Nabi-Nya untuk menyampaikan kepada orang-orang kafir yang sejak semula menantang Rasul. Nabi pun dengan tegas menantang penyembahan mereka kepada berhala, sehingga timbul suatu pertandingan ‘siapakah yang paling kuat semangatnya dalam mepertahankan pendirian masing-masing. Sampai pada suatu saat orang-orang kafir merasa kerepotan menghadapi tantangan Nabi Muhammad SAW.
Maka pada suatu hari pembesar-pembesar Qurays musyrikin itu hendak menemui Nabi Muhammad SAW, mereka hendak mencari ‘perdamaian’. Diantara mereka adalah:
- Al-Walid bin al-Mughiroh
- Al-‘Ash bin Wa’il
- Al-Aswad bin al-Muthalib, dan
- Umaiyah bin Khalaf
Mereka mengemukakan suatu usul perdamaian sebagai berikut:
“Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang kamu sembah, tetapi hendaknya kamu juga bersedia menyembah apa yang kami sembah, dan di dalam segala urusan di negeri kita ini engkau turut serta bersama kami”.
Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat 1 dan 2 surah al-Kafirun.
b. Keterangan ayat 2 dan 3
Ayat yang kedua menunjukkan bahwa perbuatan menyembah berhala tidaklah pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pada ayat yang ketiga maksudnya adalah bahwa persembahan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang kafir tidaklah dapat diperdamaikan. Sebab yang disembah berbeda satu sama lain, Nabi Muhammad SAW menyembah Allah SWT sedangkan orang musyrik menyembah berhala.
c. Keterangan ayat 4, 5 dan 6
Karena yang disembah berbeda, maka cara menyembahnya pun berbeda. Nabi Muhammad menyembah Allah SWT dengan cara beribadah melaksanakan salat dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan, sedangkan orang-orang musyrik menyembah berhala dengan mmeberikan berbagai macam sesaji melalui ritual khusus. Oleh sebab itu, pegangan masing-masing tidak dapat disatukan, “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”.
Soal akidah, di antaranya tauhid mengesakan Allah, sekali-kali tidak dapat dikompromikan atau dicampuradukkan dengan syirik. Tauhid jikalau sudah disatukan dengan syirik, artinya ialah kemenagna bagi kesyirikan.
Surah ini memberikan pedoman yang jelas dan tegas bagi kita pengikut Nabi Muhammad SAW bahwasannya akidah tidak dapat diperdamaikan. Akidah dan syirik tidak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak diperdamaikan dengan yang batil, maka yang batil jualah yang menang. Oleh sebab itu akidah tauhid tidaklah mengenal istilah sinkretisme, yang artinya memadukan dua aliran kepercayaan atau lebih yang berbeda. Misalnya tauhid dengan syirik, menyembah berhala dengan sembahyang, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment

MONGGO KOMENTARIPUN, KANGMAS LAN MBAK AYU